Contoh Karya Tulis
MONUMEN PANCASILA SAKTI
SEBAGAI
WISATA PENDIDIKAN
Karya tulis ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam mengikuti
UN/US tahun pelajaran 2016/2017
di MTS NEGERI NGABLAK
DISUSUN OLEH :
NO
|
NAMA
|
KELAS
|
NO. ABSEN
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
|
5
|
|
|
|
6
|
|
|
|
MTS NEGERI NGABLAK
TAHUN PELAJARAN
2016/2017
HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Mengenal Monumen Pancasila Sakti
Penulis :
NO
|
NAMA
|
KELAS
|
NO. ABSEN
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
|
5
|
|
|
|
6
|
|
|
|
Madrasah : MTs
NegeriNgablak
Tahun pelajaran : 2016/2017
Tahun pelajaran : 2016/2017
Ngablak, 2017
Mengetahui,
Menyetujui
Kepala Madrasah Guru Pembimbing
Kepala Madrasah Guru Pembimbing
(……………………………….)
(…………………………..)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang mana berkat rahmat dan segala limpahan nikmatnya kami dapat menyelesaikan Karya tulis ini.
Shalawat serta Salam yg senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi MUHAMMAD SAW yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia di dunia ini.
Dengan segala kerendahan hati dan hormat saya,
Kupersembahkan Karya Tulis ini untuk :
A. Ayah dan Bunda tercinta
B.
Bapak ……………………. selaku kepala Madrasah
C.
Bapak/Ibu ……………….. selaku Pembimbing Karya
Tulis
D.
Bapak/ibu ……………….. selaku Wali kelas …………..
E.
Dewan guru beserta karyawan MTs Negeri Ngablak
F.
Teman – teman kelas IX
G.
Dan untuk adik – adik kelas VII dan VIII
MTs Negeri Ngablak
H. Pembaca yang budiman
MOTTO
1.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan ) kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain dan hanya kepada tuhanmulah
hendaknya kamu berharap” ( Q.S. Al - Insyiroh : 45 )
2.
”Wahai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan ( kepada Allah ) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar”
( Q.S. Al – Baqarah : 153 )
( Q.S. Al – Baqarah : 153 )
3.
“Tulislah sebuah kesusahan dan kesedihan
di atas pasir biarkan angin keikhlasan membawamu jauh dari ingatan namun
pahatlah sebuah kebaikan dan kebajikan di atas batu agar kita selalu terkenang”
( Penulis )
( Penulis )
4.
Berusahalah jika kau ingin bisa
5.
Hanya dirimu yang dapat mengubah nasibmu
6.
Jangan katakan tidak bisa, jika belum
mencoba
7.
Katakanlah yang benar walau itu pahit
8.
Mampu mengatasi hal yang ter buruk,
memungkinkan memperoleh sesuatu yang terbaik
9.
Apa yang kamu perbuat maka itu yang kau
dapat
10. Hari esok harus lebih baik dari pada hari ini
11. Bekerjalah seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah
kau akan
12. Janganlah menunda-nunda waktu
13. Barang siapa kehilangan semangat,
maka ia akan kehilangan segalanya.
ABSTRAKSI
Monumen Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. Monumen ini dibangun di atas tanah
seluas 14,6 hektar. Lokasi Monumen Pancasila Sakti berbatasan sebelah selatan
dengan markas TNI besar Cilacap, sebelah utara Lanuma Halim Perdanakusuma,
sebelah timur Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat TMII/ Asmara Haji Pondok
Gede. Monumen Pancasila Sakti bentuk fisiknya sangat bagus dan kuat walau
bangunannya sudah lama sekali, karena waktu pembuatan bangunan itu para
pahlawan membuatnya dengan sekuat tenaga dan susah payah untuk dijadikan
sebagai benteng pertahanan dan sampai sekarang ini masih dipertahankan sebagai
tempat wisata agar semua rakyat Indonesia tahu bagaimana bentuk fisik Monumen
Pancasila Sakti pada waktu pemberontakan.
Monumen ini dibangun dengan tujuan mengingat
perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari ancaman ideologi komunis.
Ketujuh pahlawan revolusi tersebut
adalah:
- Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani,
- Mayjen TNI R. Suprapto
- Mayjen TNI M.T. Haryono
- Mayjen TNI Siswondo Parman
- Brigjen TNI D.I. Panjaitan
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
- Lettu Pierre Andries Tendean
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan karya
tulis ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan
bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Ngablak,…………2017
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL....................................................................................................................................
i
LEMBAR KONSULTASI......................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................................
iv
MOTTO....................................................................................................................................
v
ABSTRAKSI...........................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
vii
ABSTRAKSI...........................................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
D. Metode Penelitian........................................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan................................................................................................... 3
BAB II ISI
A. Sejarah Berdirinya Monumen Pancasila Sakti.......................................................... 4
B. Ruang Intro...................................................................................................................... 5
C. Diorama
1. Peristiwa Tiga Daerah (4 November 1945)........................................................ 5
2. Aksi Teror Gerombolan Ce’ Mamat (9 desember 1945)................................... 6
3. Pembrontakan PKI di Cirebon (14 Februari 1946)........................................... 6
4. Peristiwa Revolusi Sosial di Langkat (9 Maret 1946)....................................... 6
5. Pengacuan Surakarta (19 agustus 1948).......................................................... 6
6. Pemberontakan PKI di Madiun ( 18 September 1948)..................................... 6
7. Pembunuhan di Kawedanan Ngawen (Blora) (20 September 1948)........... 7
8. Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953)....................................................... 7
9. Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963)............................................................ 7
10. Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964 -1965).................................................. 7
11. Peristiwa Kanigoro (13 januari 1965).................................................................. 8
12. Peristiwa Bandar Betis (14 Mei 1965)................................................................. 8
13. Pawai Ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)............................. 8
14. Penyerbuan Gubernuran Jawa Timur (27 September 1965.......................... 8
D. Koleksi Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti
1. Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan........................................................... 9
2. Latihan Sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli – 30
September 1965)........ 9
3.
Penculikan Men/Pangad
Letjen TNI A. Yani (1 Oktober 1965)...................... 10
4.
Penganiayaan
di Lubang Buaya (1 Oktober 1965).......................................... 10
5.
Pengamanan
Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)................. 10
6.
Pengangkatan
Jenazah (4 Oktober 1965)......................................................... 10
7.
Proses Lahimya
Surat Perintah 11 Maret 1966................................................. 11
8.
Pelantikan
Jenderal TNI Soeharto Sebagai Presiden RI (12 Maret 1967)...
11
9.
Tindak Lanjut
Pelarangan Partai Komunis Indonesia (26 Jnni 1982).......... 11
10.
Foto Para
Pahlawan Revolusi............................................................................. 11
11.
Ruang Relik............................................................................................................. 12
12.
Ruang
Teater .......................................................................................................... 12
13.
Ruang Pameran
Foto............................................................................................ 12
E. Pameran Taman
A.
Sumur Maut............................................................................................................... 12
B.
Rumah-Rumah
Bersejarah
1. Rumah Diorama Penyiksaan.......................................................................... 13
2. Rumah Pos Komando....................................................................................... 13
3. Dapur Umum...................................................................................................... 13
4. Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI Soeharto............................
13
C.
Mobil Dinas
Pangkostrad Mayor Jenderal TNI Soeharto................................... 13
D.
Truk Dodge................................................................................................................. 13
E.
Panser
Saraceen...................................................................................................... 14
F.
Tugu, Patung
dan Relief......................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16
LAMPIRAN
1. Foto Pahlawan Revolusi............................................................................................... 17
2. Diorama............................................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Peningkatan sumber daya manusia dalam proses pembangunan merupakan
kebutuhan yang mendesak. Hal ini didasarkan oleh adanya tantangan perkembangan
IPTEK yang telah membawa perubahan pada seluruh sendi kehidupan.kondisi
persaingan tak terelakan lagi. Indonesia sebagai negara yang hidup
ditengah-tengah kehidupan-kehidupan berbangsa dan bernegarapun harus terjun
dalam kancah persaingan. Agar mampu berperan dalam persaingan global,bagsa
indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara terarah,
intensif, dan terencana mulalui pendidikan.
Madrasah sebagai wahana pendidikan merupakan faktor strategis yang harus
mendapatkan perhatian berbagai pihak. Tak heran jika hampir semua negara
berkembang memprioritaskan progam peningkatan mutu pendidikan pada semua
jenjang Madrasah.
Selaras dengan itu, indonesia dengan memberlakukan UU No. 20 / 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan agar sistem pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal,nasional,dan global.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, MTS NEGERI Ngablak telah berusaha
melakukan suatu kegiatan untuk menunjang mutu pendidikan. Kegiatan yang
dimaksud,salah satunya adalah mengadakan Widya Wisata. Sebagai generasi muda
yang akan menjadi calon pemimpin bangsa, maka pelajar perlu pengetahuan dan
wawasan yang luas. Peningkatan pengetahuan dan wawasan selain bisa didapatkan
di bangku Madrasah juga dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung.
Misalnya saja dengan melakukan wisata pendidikan yang berhubungan dengan
sejarah dan budaya. Salah satu obyek wisata pendidikan yang dapat dikunjungi
untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa adalah MONUMEN PANCASILA SAKTI.
Widya wisata ke Monumen Pancasila Sakti, selain dapat menambah wawasan dan
pengetahuan siswa juga dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme pada diri siswa.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas,
permasalahan yang dapat saya rumusan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah sejarah berdirinya dan
bentuk fisik Monumen Pancasila Sakti ?
2.
Bagaimanakah gambaran perjalanan Sejarah
Nasional dalam diorama yang dipamerkan di Monumen Pancasla Sakti ?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah, tujuan pembahasan masalah
dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.
Supaya mengetahui sejarah berdirinya
Monumen Pancasila Sakti.
2.
Supaya mengetahui hal – hal bersejarah
yang terdapat di dalam Monumen Pancasila Sakti
3.
Sebagai pembelajaran nilai – nilai
nasionalisme di dalam kehidupan
D.
MANFAAT PEMBAHASAN MASALAH
Adapun manfaat pembahasan masalah dalam
karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.
Menambah ilmu Pengetahuan
2.
Dapat meningkatkan rasa nasionalisme
3.
Untuk mengenang jasa para pahlawan
4.
Dapat menambah wawasan mengenai sejarah
negara Indonesia
E.
METODE PENELITIAN
Adapun metode yang di gunakan dalam
pembuatan karya tulis ini yaitu dengan menggunakan beberapa metode di bawah ini
:
1.
Metode Observasi
Metode Observasi merupakan metode ilmiah
yang digunakan dalam penyelidikan Observasi, sering disebut dengan pengamatan
dan pencatatan dengan sistematis. Melalui peninjauan secara langsung menuju
tempat permasalahan dengan meneliti hal yang ada pada tempat tersebut sesuai
pokok permasalahan yang ada.
2.
Metode Library Research
Metode Library Research merupakan metode
penelitian data – data bersumber dari buku – buku, internet, perpustakaan,
serta tempat – tempat karya ilmiah yang telah ada kemudian di rangkum dan
disimpulkan kembali di dalam karya tulis ini, atau sebuah metode yang
menggunakan sistem mengembangkan suatu karya yang sudah ada menjadi lebih baik
lagi atau sesuatu karya yang sudah ada dijadikan untuk membantu penyelesaian
permasalahan yang ada di dalam karya tulis ini.
F.
Sistematika Karya Tulis
Karya tulis ini menggunakan sistemmatika
sebagai berikut :
JUDUL
LEMBAR KONSULTASI
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
E.
Metode Pengumpulan Data
F.
Sistematika Penulisan
BAB II ISI
A.
Sejarah Berdirinya Monumen Pancasila
Sakti
B.
Ruang Intro
C.
Diorama
D.
Koleksi Museum Paseban Monumen Pancasila
Sakti
E.
Pameran taman
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
ISI
A.
SEJARAH BERDIRINYA MONUMEN PANCASILA SAKTI
Para Kader PKI melakukan berbagai cara
baik legal maupun ilegal untuk mencapai cita-cita mereka, yaitu masyarakat
indonesia yang komunis, cara ilegal dilakukan dengan mengadakan
pemberontakan-pemberontan teror pembunuhan-pembunuhan yang menelan banyak
korban bangsa sendiri, cara legal pun dilakukan dengan menguasai Komite Nasional
Indonesia (KNI) baik dipusat maupun daerah untuk menguasai parlemen melalui
organisasi politik dan organisasi massa. Pemberontakan PKI bertujuan untuk
menggatikan dasar negara pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan
pancasila. Pemberontakan pertama dilakukan pada tanggal 18 September 1948 di
madiun. Setelah gagal PKI melancarkan pemberontakan kedua pada tanggal 30
Oktober 1965 yang dikenal nama “Gerakan Tiga Puluh September (G.30.S/PKI)”.
Langkah-langkah mereka menculik dan
membunuh beberapa orang perwira TNI-AD yang dianggap sebagai lawan politik.
Dari para pemberontak-pemberontak PKI 1948 dan 1965 itu, maka kata sepakat
bahwa komunis merupakan bahaya yang perlu kita waspadai. Demi kewaspadaan
itulah kemudian dibangun Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI
(komunis) yang menyajikan kegiatan makar dan pengkhianatan PKI sejak tahun 1945
serta punumpasan oleh rakyat indonesia bersama ABRI. Dengan Monumen Pancasila
Sakti dan Monumen Pengkhianatan PKI (komunis) diharapkan kewaspadaan terhadap
bahaya komunis lebih meningkat.
Monumen Pancasila Sakti dibangun pada
tahun 1967. Sedangkan penyelesaiannya pembangunan dan peresmiannya pada tahun
1972, tujuan dan hakekat spiritual pembangunan Monumen Pancasila Sakti sebagai
berikut:
1.
Untuk mengenang jasa para pahlawan yang
gugur dalam membela negara, bangsa, dan Pancasila sampai titik darah
penghbisan.
2.
Membina semangat kebangsaan dikalangan
prajurit TNI.
3.
Monumen peringatan bagi perjuangan
nasional.
4.
Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada
dunia Internasional.
Berdasarkan tujuan tersebut tanggal 1
Oktober dijadikan dan ditetapkan serta dilaksanakan Upacara Hari Kesatria atau
mengenang Tragedi Nasional akibat penghianatan terhadap Pancasila.
Monumen Pancasila Sakti dibangun diareal
tanah seluas ± 14 Ha, terletak didesa Lubang buaya kecamatan Cipayung, Jakarta
timur. Lokasi Monumen Pancasila Sakti berbatasan sebelah selatan dengan markas
TNI besar Cilacap, sebelah utara Lanuma Halim perdana Kusuma, sebelah timur
pasar pondok gede, dan sebelah barat TMII/ Asmara Haji pondok gede. Monumen
Pancasila Sakti bentuk fisiknya sangat bagus dan kuat walau bangunannya sudah
lama sekali, karena waktu bembuat bangunan itu para pahlawan membuatnya dengan
sekuat tenaga dan susah payah untuk dijadikan sebagai benteng pertahanan dan
sampai sekarang ini masih dipertahankan sebagai tempat wisata agar semua rakyat
Indonesia tahun bagaimana bentuk fisik Monumen Pancasila Sakti pada waktu
pemberontakan
MUSEUM PENGKHIANATAN PKI
(KOMUNIS)
B.
RUANG INTRO
Dalam ruang intro terdapat 3 mozaik foto
yang masing-masing menggambarkan:
1.
Kekejaman-kekejaman PKI terhadap bangsa
sendiri dalam pemberontakan Madiun.
2.
Penggalian jenazah korban keganasan PKI
dalam Gerakan 30 September 1965
3.
Pengadilan gembong-gembong G.30.S/PKI
oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.
C.
DIORAMA
1. Peristiwa Tiga Daerah (4 November 1945)
Setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia, kelompok komunis bawah tanah mulai memasuki organisasi massa dan
pemuda seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Angkatan Muda Repubilik
Indonesia (AMRI). Dengan menggunakan organisasi massa, orang-orang komunis
memimpin aksi penggantian pejabat pemerintah di tiga kabupaten Karesidenan
Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal dan Pemalang. Pada tanggal 8 Oktober
1945 AMRI Slawi di bawah pimpinan Sakirman dan Amri Talang yang dipimpin Kutil
melakukan teror dengan menangkapi dan membunuh pejabat pemerintah. Pada tanggal
4 November 1945 pasukan AMRI mclancarkan penyerbuhan ke kota Tegal, yaitu
kantor Kabupaten dan Markas TKR, tetapi gagal. Kemudian tokoh-tokoh komunis
membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah untuk perebutan kekuasaan di
Karesidenan Pekalongan.
2. Aksi Teror Gerombolan Ce’ Mamat (9 desember 1945)
Ce’ Mamat seorang tokoh komunis terpilih
sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Serang. Ia merencanakan untuk
menyusun pemerintahan model Soviet. Pada tanggal 17 Oktober 1945 ia membentuk
Dewan Perwakilan Rakyat Serang (DPRS) dan merebut pemerintahan Karesidenan
Banten. Untuk memperkuat kekuasaanya, Ce’ mamat menggunakan laskar-laskarnya
untuk melakukan berbagai teror. Mereka berhasil menculik dan membunuh Bupati
Lebak R. Hardiwinangun di jembatan sungai Cimancak pada tanggal 9 Desember
1945.
3. Pembrontakan PKI di Cirebon (14 Februari
1946)
PKI di bawah pimpinan Mr. Yoesoef dan
Mr. Soeprapto mendatangkan ± 3000 anggota Laskar Merah dari Jawa
Tengah dan Jawa Timur ke Cirebon dalam rangka melaksanakan konfrensi Laskar
Merah. Pada tanggal 12 Febfruari 1946 Ternyata Laskar Merah melucuti TRI, menguasai kota dan
gedung-gedung vital sperti stasiun radio dan pelabuhan. Pada tanggal 14
Februari 1946 TRI melancarkan serangan untuk merebut dan menguasai kembali kota
Cirebon.
4. Peristiwa Revolusi Sosial di Langkat (9
Maret 1946)
Lahirnya Republik Indonesia belum
sepenuhnya oleh kerajaan kerajaan di sumatera timur. Pada tanggal 3 Maret 1946
terjadinya Revolusi Sosial yang dilakukan oleh PKI yang tidak hanya menghapus
pemerintah kerajaan tetapi juga membunuh raja-raja dan keluarganya serta
merampas semua harta benda kerajaan. Pada tanggal 9 Maret 1946 PKI dibawah
pimpinan Usman Parinduri dan Marwan menyerang Istana Sultan Langkat Darul Aman
di Tanjung Pura.
5. Pengacuan Surakarta (19 agustus 1948)
Berbagai
aksi fitnah adu domba dilakukan PKI di daerah Surakarta. Salah satu diantaranya
terjadi pada malam hari pada tanggal 19 Agustus 1948 ketika berlangsung pasar
malam Sriwedari dalam rangka hari ulang
tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, PKI membakar ruang pameran
jawatan-pertambangan. Pengacauan ini bertujuan mengalihkan perhatian TNI agar
pembrontakan di Madiun bisa dilakukan PKI dengan aman.
6. Pemberontakan PKI di Madiun ( 18 September 1948)
Pada saat Pemerintah dan Angkatan Perang
memusatkan perhatian untuk menghadapi Belanda, PKI melakukan pengkhianatan yang
didahului dengan kampanye menyerang politik pemerintah, aksi teror, mengadu
domba kekuatan bersenjata dan sabotase di bidang ekonomi. Dini hari tanggal 18
September 1948 PKI mengadakan pemberontakan di Madiun. Sejumlah tokoh militer,
pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat dibunuh. Di gedung Karesidenan Madiun
PKI mengumumkan bcrdirinya “Soviet Republik Indonesia” dan pembentukan
Pemerintah Front Nasional.
7. Pembunuhan di Kawedanan Ngawen (Blora) (20 September 1948)
Pada tanggal 18 September 1948 Markas
Kepolisian Distrik Ngawen (Blora) diserang oleh pasukan PKI. Dua puluh empat
orang anggota polisi itu ditahan dan tujuh orang yang masih muda dipisahkan.
Kemudian datang perintah dari Komandan Pasukan PKI Blora agar mereka dihukum
mati. Pada tanggal 20 September 1948, tujuh orang anggota polisi dibawa ke
suatu tempat terbuka dekat kakus dibelakang Kawedanan. Secara bergantian para
tawanan itu dibunuh dengan dua batang bambu yang dipegangi ujungnya oleh dua
orang yang dijepit ke lehernya. Ketika tawanan mengerang-gerang kesakitan, pasukan
PKI bersorak gembira. Kemudian dibuang ke kakus dan di tembak.
8. Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953)
Pada tahun 1953 Pemerintah RI
Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak sawah percontohan bekas
perkebunan tembakau di desa Perdamaian, Tanjung Morawa. Akan tetapi rencana itu
ditentang oleh penggarap liar yang sudah menempati areal tersebut. Pada tanggal
16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh
sepasukan polisi. Ketika itulah massa tani yang didalangi oleh Barisan Tani
Indonesia (BTI) orma PKI, melakukan tindak brutal.
9. Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963)
Tidak hanya dibidang politik yang ingin
dikuasai oleh PKI tetapi juga bidang Iain seperti sastra dan budaya. Salah satu
usaha yang dilaksanakan oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) bersama semua
lembaga yang ada di bawahnya adalah memasukan komunisme ke dalam seni dan
sastra, mempolitikan budayawan dan mendiskreditkan lawan. Pada tanggal 22
sampai 25 Maret 1963 diselenggarakan Konferensi Nasional I Lembaga Sastra
Indonesia di Medan. Konferensi tersebut tidak hanya membahas masalah budaya dan
sastra yang harus bernafaskan komunisme, tetapi juga membahas masalah politik
yakni menuntut agar segera dibentuk Kabinet Gotong Royong yang memungkinkan duduk
tokoh-tokoh PKI didalamnya.
10. Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964 -1965) .
Kampanye anti ABRI, khususnya TNI-AD
berlatar belakang pada kecemburuan PKI karena ABRI berhasil membendung pengaruh
PKI dikalangan rakyat. Berbagai macam cara kampanye anti ABRI telah dilakukan
PKI seperti tuduhan, isyu, provokasi, fitnah politik, dan Iain-Iain. Sejak
tahun 1964 PKI dengan “Ofensif Revolusionernya” secara gencar menyerang ABRI
seperti tuntutan pembubaran aparat teritorial dan puncaknya isyu Dewan Jenderal
1965. Tujuan kampanye tersebut yang sudah dilakukan sejak Perang Kemerdekaan
(1964 -1965) untuk mendiskreditkan ABRI yaitu memecah beIah kekompakan ABRI memandulkan
peranan sosial politik ABRI, dan menghapus jati diri ABRI sebagai pejuang
prajurit dan prajurit pejuang.
11. Peristiwa Kanigoro (13 januari 1965)
Peristiwa ini terjadi di Kecamatan Kras,
Kedtri, tanggal 13 Januari 1965, dimana para peserta Mental Training Pelajar
Islam Indonesia Jawa Timur diserang oleh masssa Pemuda Rakyat (PR) dan Barisan
Tani Indonesia (BTI). Massa komunis ini tidak hanya menyiksa para peserta
pelatihan dan menginjak-injak kitab suci Al-Quran tetapi juga menangkap
beberapa peserta pelatihan dan tokoh agama setempat. Berkat campur tangan Camat
Kras, para korban penangkapan dibebaskan hari itu juga, tetapi pelaksanaan
mental training terpaksa dibatalkan.
12. Peristiwa Bandar Betis (14 Mei 1965)
Untuk menggagalkan rencana pemerintah di
bidang landreform, PKI dan organisasi massanya melancarkan aksi sepihak yakni
menguasai secara tidak syah tanah negara di beberapa tempat. Salah satu di
antaranya di Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX Bandar Betsi,
Pematangan Siantar. Pada tanggal 14 Mei 1965, kurang lebih 200 anggota Barisan
Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat (PR), dan Gerakan Wanita Indonesia
(Gerwani) menanami secara liar tanah perkebunan karet terscbut. Pelda Sudjono
yang dikaryakan di perkebunan itu sedang bertugas mengeluarkan traktor yang
terperosok, memperingatkan massa agar menghentikan penanaman liar itu. Akan
tetapi peringatan itu tidak dihiraukan bahkan Pelda Sudjono dikeroyok dan
dianiaya, sehingga lewas pada waktu itu juga.
13. Pawai Ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)
Setelah merasa dirinya kuat, PKI mulai
melancarkan ofensif revolusioner yang bertujuan untuk menggalang dan
mempengaruhi massa agar berpihak kepadanya. Bentuk unjuk kekuatan itu ialah
aksi-aksi kekerasan. aksi terror tuntutan pembentukan Kabinet Nasakom dan
Angkatan Kelima dan sebagainya. Salah satu unjuk kekuatan itu ialah
penyelenggaraan rapat raksasa di Stadion Utama Senayan tanggal 23 Mei 1965
dalam rangka peringatan ulang tahun ke-45 PKI. Rapat dihadiri delegasi dari
negara-negara komunis. Pada saat itu Ketua CC PKI D. N. Aidit
mengomandokan kepada massa PKI untuk meningkatkan ”Ofensif Revolusioner sampai
kepuncaknya”.
14. Penyerbuan Gubernuran .lawa Timur (27 September 1965)
Salah satu usaha mendiskreditkan
aparatur pemerintah telah dilakukan PKI terhadap Gubernur Jawa Timur. Dengan
dalih akan menyampaikan resolusi tuntutan penurunan harga 9 bahan pokok,
Gerwani yang mengatasnamakan “Gabungan Organisasi Wanita Surabaya” yang
dipimpin istri walikota meminta kesediaan Gubernur Jawa Timur, Wiyono.Untuk
menerima delegasinya. Gubernur menjanjikan akan menerima delegasi pada tanggal
27 September 1965, pukul 10.00. Namun yang datang bukanlah delegasi ibu-ibu
melainkan massa PKI, seperti Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI),
Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dan Gerakan Wanita Indonesia
(Gerwani). Di Gubemuran mereka merusak berbagai peralatan kantor dan berusaha
menangkap Gubernur. Keadaan dapat dikuasai setelah didatangkan bantuan dari
ABRI.
KOLEKSI MUSEUM PASEBAN MONUMEN
PANCASILA SAKTI
Didalam Museum Paseban Monumen
Pancasila Sakti terdapat beberapa diorama sebagai berikut:
1.
Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan
Pada bulan September 1965 ketua CC PKI
D.N Aidit memerintahkan Syam Kamaruzaman Pimpinan Biro Khusus untuk menyusun
suatu rencana pemberontakan. Syam mengadakan rapat sebanyak 16 kali dengan Pono
dan Waluyo anggota Pimpinan Biro Khusus Pusat, Kepala Biro Khusus Daerah
dan oknum-oknum ABRI yang sudah dibina PKI. Kesirnpulan rapat tersebut gerakan
ini harus dibantu dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam rapat dengan oknum
ABRI dibahas masalah pelaksanaan yang meliputi personil, logistik, pembagian
tugas, pembagian sektor dan sasaran gerakan serta konsep ”Dcwan
Revolusi”. Rapat terakhir memutuskan Gerakan di beri nama “Gerakan 30 September”.
Hari H dan jam J adalah 1 Oktober 1965 dini hari. Sasaran pertama menculik para
pejabat teras TNI-AD.
2.
Latihan Sukarelawan di Lubang Buaya (5
Juli – 30 September 1965)
Untuk persiapan
melancarkan pemberontakan, PKI
mengadakan latihan kemiliteran bagi para anggotanya. Dalih yang
dipakai ialah melatih para sukarelawan dalam rangka konfrontasi terhadap
Malaysia. PKI menuntut agar pemerintah membentuk Angkatan kelima dengan
mempersenjatai buruh dan tani. Anggota-anggota yang dilatih berjumlah kurang
lebih 3700 orang terdiri atas anggota-anggota Pemuda Rakyat (PR), Gerakan
Wanita Indonesia (Gerwani) dan organisasi massa PKI lainya di Lubang Buaya.
Selain di Lubang Buaya, latihan juga diadakan di Rawa Binong, kurang lebih 2 Km
dari Lubang Buaya. Latihan ini dipimpin oleh oknum ABRI yang sudah dibina PKI.
3.
Penculikan Men/Pangad Letjen TNI A. Yani
(1 Oktober 1965)
Pukul 02.30 tanggal 1 Oktober 1965)
pasukan penculik G.30.S/PKI sudah berkumpul di Lubang Buaya. Pasukan dengan
nama Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief. Pasukan penculikan Men/Pangad Letjen
TNI A. Yani memakai seragarn Cakrabirawa tiba disasaran pukul 04.00 dan
berhasil melucuti regu pengawal. Mereka memasuki rumah dan bertemu dengan
seorang putera Jendral A. Yani. Para penculik tersebut menyuruh anak tersebut
untuk membangunkan ayahnya. Jendral A. Yani keluar dari kamar dengan berpakaian
piyama. Salah seorang penculik mengatakan bahwa Bapak diminta segera
menghadap Presiden. Beliau akan mandi dan berpakaian dulu. Salah seorang
anggota penculik mengatakan tidak perlu mandi dan mencuci mukapun tidak
boleh. Melihat sikap yang kurang ajar itu, Jenderal A. Yani marah dan menampar
oknum tersebut. Beliau berbalik dan menutup pintu. Ketika itulah Pak Yani
diberondong dengan senjata Thomson dan gugur setika. Kemudian tubuh Jenderal A.
Yani yang berlumuran darah diseret ke luar rumah dan dilemparkan keatas truk,
lalu dibawa ke Lubang Buaya.
4.
Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober
1965)
Dini hari tanggai 1 Oktober 1965 gerombolan G.30.S/PKI menculik 6 pejabat
teras TNI AD dan seorang perwira pertama. Di Lubang Buaya tubuh mereka dirusak
dengan benda-benda tumpul dan senjata tajam yan masih hidup disiksa satu demi
satu kemudian kepalanya ditembak. Sesudah disiksa para korban dilemparkan
kedalam sumur tua sempit. Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota
Pemuda Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI
lainnya.
5.
Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2
Oktober 1965)
Panglima Kostrad Mayjen TNI Seoharto rnengeluarkan perintah untuk segera
mengamankan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma mengingat kekuatan G.30.S/PKI
berpusat dipangkalan tersebut.Pasukan yang akan melaksanakan tugas pengamanan
terdiri atas 1 Yon RPKAD, 1 Yon Para Kujang Siliwangi yang diperkuat 1 kompi
panser. Pasukan bergerak pukul 03.00 tanggal 2 Oktober 1965 dari Markas Kostrad
menuju Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dari arah timur. Mereka tiba dilempat
sasaran pukul 06.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965. Lapangan Halim Perdanakusuma
dijaga oleh Yon 454/Diponegoro yang diperalat G.30.S/PKI. Beberapa orang
anggota RPKAD berhasil menyusup sampai ketempat parkir pesawat-pesawat terbang,
sedang anggota lainya sudah berada didepan Yon 454. Dengan gerakan pendadakan,
maka pasukan RPKAD dan Kujang berhasil melumpuhkan pasukan Yon 454. Pukul 06.10
Halim berhasil dikuasai oleh RPKAD dan Yon Para Kujang dan gerakan selanjutnya
ialah menguasai Lubang Buaya.
6.
Pengangkatan Jenazah (4 Oktober 1965)
Setelah menguasai Halim Perdanakusuma,
pasukan RPKAD melanjutkan gerakan ke Lubang Buaya. Setelah daerah iu diamankan,
mulai melakukan pencarian jenazah perwira-perwira TNI-AD yang diculik oleh
gerombolan G.30.S/PKI. Sore hari tanggal 3 Oktober 1965 diperolah pentunjuk dari
anggota POLRI yang pernah ditawan oleh gerombolan G.30.S/PKI. la memberitahu
bahwa perwira-perwira tersebut sudah dibunuh dan jenazahnya dikubur di sekitar
tempat pelatihan musuh. Ternyata jenazah dimasukan kedalam sumur tua, lalu
ditimbun dengan sampah kering, daun-daun singkong secara berselang-seling.
Pengangkatan jenazah dilakukan 4 Oktober 1965 oleh anggota-anggota Kesatuan
Intai Para Amfibi (KIPAM) dari Marinir (KKO-TNI-AL) dan anggota RPKAD.
Pengangkatan jenazah tersebut disaksikan oleh Mayor Jendral TNI Soeharto.
7.
Proses Lahimya Surat Perintah 11 Maret
1966
Pada tanggal 11 Maret 1966 Kabinet
Dwikora bersidang di Istana Negara ditengah memuncaknya demonstrasi mahasiswa
yang menuntut pembubaran PKI, pembersihan kabinet dari oknum-oknum G.30.S/PKI
dan penurunan harga. Presiden Soekarno meninggalkan ruang sidang setelah
mendapat laporan bahwa istana dikepung oleh pasukan tak dikenal, kemudian
berangkat ke Istana Bogor.. Tiga perwira tinggi TNI-AD yakni Mayjen TNI Basuki
Rachmad, Brigjen TNI M. Yusuf dan Brigjen TNI Amir Machmud menyusul ke Bogor
setelah melapor kepada Men/pangad-Letjen TNI Soeharto. Presiden Soekarno
memerintahkan kepada ketiga perwira tinggi bersama ketiga Wakil Perdana Menteri
untuk menyusun konsep surat perintah. Akhirnya lahir Surat Perintah 11 Maret
I966,yang berisikan pemberian wewenang kepada Letjen Soeharto untuk mengambil
segala tindakan yang dianggap perlu guna terjaminnya keamanan dan ketenangan
serta kestabilan jalanya pemerintahandan jalannya revolusi.
8.
Pelantikan Jenderal TNI Soeharto Sebagai
Presiden RI (12 Maret 1967)
Pada tanggal 22 Ferbruari 1967
Presiden/Mendataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI dengan resmi menyerahkan
kekuasaan pemerintahan sehari-hari kepada Jenderal TNI Soeharto. Sidang
Istimewa MPRS tanggal 12 Maret 1967 menghasilkan Ketetapan MPRS Nomor:
XXXIII/MPRS/1967, tentang pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari
Presiden Seokarno dan mengangkat Jenderal TNI Soeharto Pengemban Ketetapan MPRS
No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden.
9.
Tindak Lanjut Pelarangan Partai Komunis
Indonesia (26 Jnni 1982)
Pada tanggal 12 Maret 1966, Partai
Komunis Indonesia berikut semua organisasinya yang seazaz/berlindung/bernaung
dibawahnya, dibubarkan oleh Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/I966. Untuk
mengantisipasi munculnya bahaya laten komunis, berdasarkan Intruksi Presiden
No. 10 tahun 1982, Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) berkerja sama dengan Lembaga Pertahanan Nasional mengadakan
Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas). Sejak tanggal 19 September 1991
Tarpadnas diikuti oleh wakil-wakil pemuda dari 27 Provinsi dan berbagai
organisasi massa pemuda.
10. Foto Para Pahlawan Revolusi
Tujuh foto pahlawan revolusi setengah
badan dalam ukuran besar yaitu foto Letjen TNI Ahtnad Yani, Mayjen TNI
Soeprapto, Mayjen TNI M. T. Harjono, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen D.I.
Pandjaitan, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Pierre Andries
Tendean.
11. Ruang Relik
Ruang Relik berisi barang-barang
peninggalan para pahlawan revolusi terutama pakaian yang dikenakan pada saat
beliau gugur, petikan visum dokter, peluru yang diketemukan dalam tubuhnya,
tali pengikat dan lain-lain. Di ruangan ini disajikan pula Aqualung (alat bantu
pernafasan) dan sebuah radio lapangan yang pernah digunakan Jenderal Soeharto
pada waktu memimpin penumpasan G.30.S/PKI,
12. Ruang Teater
Di ruangan ini disajikan pertunjukan
video cassette digital (VCD) yang berisi rekaman bersejarah sekitar
pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur tua Lubang Buaya, pemakaman
ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sidang Mahmillub serta pengangkatan Jenderal
Soeharto menjadi pejabat Presiden RI pada tanggal 12 Maret 1967. Masa putar VCD
ini kurang lebih 30 menit.
13. Ruang Pameran Foto
Ruang ini menyajikan foto-foto
pengangkatan dan pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi ke Taman Makam Pahlwan
Kalibata Jakarta.
PAMERAN TAMAN
Di pameran Tamat terdapat tempat-tempat yang ada hubungannya dengan
pemberontakan antara lain:
A.
Sumur Maut
Partai Komunis Indonesia ingin merebut
kekuasaan Pemerintah Indonesia dengan mcnggunakan aksi kekerasan yaitu
melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi dan
satu pewira pertama yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965. Setelah
diculik perwira tersebut dibawa ke desa Lubang Buaya di daerah Pondok
Gede. Jakarta Timur. Dari 7 perwira tersebut, 4 diantaranya masih dalam keadaan
hidup. Sampai di Lubang buaya keempat perwira tersebut disiksa beramai-ramai
secara keji dan biadab oleh gerombolan G.30.S/PKI kemudian dibunuh satu
persatu. Jenazah 7 perwira tersebut kemudian dimasukan kedalam sebuah sumur tua
dengan kedalaman 12 m dan berdiameter 75 cm dengan posisi kepala di bawah. Dari
sumur tua ditemukan 7 jenazah yaitu Letnan Jenderal TNI A. Yani, Mayor Jenderal
TNI S. Parman, Mayor Jenderal TNI MT. Harjono, Mayor Jenderal TNI Soeprapto,
Brigadir Jenderal TNI Soetojo Siswomihardjo, Brigadir Jenderal D.I. Pandjaitan.
dan Letnan Satu Pierre Andries Tendean. Berkat kerja keras dari satuan-satuan
ABRI, jenazah-jenazah tersebut dapat diangkat pada tanggal 4 Oktober 1965 dalam
keadaan rusak akibat penganiayaan secara kejam diluar batas-batas kemanusiaan.
B.
Rumah-Rumah Bersejarah
1. Rumah Diorama Penyiksaan
Menggambarkan penyiksaan para korban
yang masih dalam keadaan hidup. Mereka adalah Mayor Jenderal TNI S. Parman,
Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Pierre Andries Tendean.
2. Rumah Pos Komando
Rumah ini milik seorang penduduk RW 02
Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Pada waktu meletusnya G.30.S/PKI tahun 1965,
dipakai oleh pimpinan gerakan yaitu eks Letkol Untung dalam rangka
mempersiapkan penculikan terhadap 7 perwira TNI-AD.
3. Dapur Umum
Rumah Dapur Umum merupakan salah satu
rumah bersejarah yang ada di lokasi Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya. Rumah
tersebut dilestarikan sebagai koleksi benda bersejarah karena merupakan bagian
dari sarana yang dipakai oleh PKI untuk menunjang terlaksananya kegiatan
penganiayaan dan pembunuhan terhadap 7 orang perwira TNI AD dalam peristiwa
G.30.S/PKI. Rumah yang statusnya milik ibu Amroh itu dipakai oleh PKI sebagai
tempat penyediaan sarana konsumsi gerombolan G.30.S/PKI di Lubang Buaya.
C.
Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal
TNI Soeharto
Dengan menggunakan Jeep Toyota Kanvas
Nomor : 04-62957/44-01, Mayor Jenderal TNI Soeharto segera bertindak untuk
menumpas G.30.S/PKI, yang didalangi oleh eks Letkol Untung dan tokoh PKI yang
lain. Mayor Jenderal TNI Soeharto dari rumahnya di jalan Agus Salim menuju
Markas Kostrad menggunakan kendaraan dinas Jeep Toyota Kanvas yang
disetir oleh Pra Soewondo.
D.
Truk Dodge
Mobil
truk yang digunakan olehntak G.30.S/PKI untuk membawa jenazah Brigjen TNI D.I
Pandjaitan, yang dipamerkan di lokasi Museum Pancasila Sakti (pameran taman),
adalah mobil truk Dodge tahun 1961 buatan Amerika Serikat dengan nomor polisi
B. 2982.L merupakan replika kendaraan jemputan P. N. Arta Yasa, yang
sekarang divisi cetak uang logam Perum Peruri. Kendaraan tersebut dirampas oleh
pemberontak G.30.S/PKI disekitar jalan Iskandar Syah daerah Blok. M, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
E.
Panser Saraceen
Kendaraan yang dipakai untuk membawa
jenazah adalah jenis panser. Panser dengan tipe PCMK -2 Saraceen adalah sebuah
kendaraan lapis baja yang berasaI dari Negara Inggris. Kendaraan tersebut
dipakai oleh Organik Batalyon Kaveleri 7 Kodam V/Jaya. Pada tahun 1976
dipindahkan ke Batalyon Kaveleri 3 Kodam VIII/Brawijaya dipakai untuk mendukung
penugasan operasi militer di Timor Timur. Pada bulan Juli 1985 ditarik dari
penugasan di Timor Timur untuk diabadikan di Monumen Pancasila Sakti.
F.
Tugu, Patung dan Relief
Tugu pahlawan Revolusi terletak 45 m
sebelah utara cungkup sumur maut. Patung Pahlawan Revolusi berdiri dengan latar
belakang sebuah dinding setinggi 17 m dengan hiasan patung Garuda Pancasila.
Dinding berbentuk Trapesium tersebut berdiri diatas landasan yang berukuran
17×17 m2 dengan tangga yang tingginya 7 anak tangga. Ketujuh patung Pahlawan
Rovolusi berdiri berderet dalam setengah lingkaran dari barat ke timur yaitu :
Patung Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, Mayjen
TNI R. Soeprapto, Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI M.T Harjono, Mayjen TNI S.
Parman. dan Kapten P. A. Tendean. Ketujuh patung berdiri pada alas yang
berbentuk lengkung dengan hiasan relief yang melukiskan peristiwa prolog,
kejadian dan penumpasan G.30.S/PKI oleh ABRI dan rakyat.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari data-data yang menyusun dapatkan
mengenai Monumen Pancasila Sakti dapat disimpulkan bahwa:
1.
Monumen Pancasila Sakti merupakan media
untuk mengingatkan kepada seluruh warga negara Indonesia agar meningkatkan
kewaspadaannya terhadap bahaya komunis lebih meningkat.
2.
Monumen Pancasila Sakti merupakan
monumen yang menyimpan barang-barang bersejarah yang tinggi.
3.
Monumen Pancasila Sakti dapat
menghasilkan devisa yang cukup besar bagi daerah sekitar dan negara .
B.
Saran
Setelah penyusun berkunjung ke Monumen
Pancasila Sakti dan melihat situasi kondisi di sana maka penyusun menyarankan
agar:
1.
Pihak pengelola memanfaatkan area yang
masih ada untuk menambahkan infrastruktur di Monumen Pancasila Sakti.
2.
Pengunjung menjaga ketertiban,
kebersihan, dan kenyamanan di Monumen Pancasila Sakti.
3.
Pemerintah sebaiknya menambah
infrastruktur di Monumen Pancasila Sakti secara lengkap dan baik, karena
keberadaannya sangat penting bagi warga masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
BUKU PANDUAN MONUMEN PANCASILA SAKTI LUBANG BUAYA. Jakarta.
Alwi, Hasan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pamungkas.2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Surabaya: Giri Surya.
Alwi, Hasan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pamungkas.2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Surabaya: Giri Surya.
LAMPIRAN
1. FOTO-FOTO PAHLAWAN REVOLUSI
Brigjen TNI D. I. Pandjaitan
Mayjen TNI Soeprapto
Lettu Pierre Andries Tendean
Mayjen TNI S. Parman
Letjen TNI Ahmad Yani
Mayjen TNI M. T Harjono
Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo
2. DIORAMA
Museum Pengkhianatan PKI
Tulisan di Sumur Maut
Diorama Peristiwa Revolusi Sosial Di Langkat
Tugu, Patung ,Relief Monumen Pancasila Sakti
Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti
Jeep Toyota Kanvas
Diorama Proses Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966
Panser Saraceen
Sumur Maut
Diorama Penyiksaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar